Jika kondisi negara dan rakyatnya tidak sebagaimana
yang diharapkan, maka jangan hanya kemudian kita langsung menyalahkan
pemimpinya tidak bisa mengurus negara/daerahnya dengan baik. Tapi seyogyanya
juga kita perlu menanyakan apakah sebelumnya pemimpin ini dilahirkan oleh
seorang pemilih yang baik.
Jadi sebenarnya faktor pemilih
yang baik akan menentukan seorang pemimpin yang baik dan seorang pemimpin yang
baik akan terlahir dari seorang pemilih yang baik dan pada gilirannya juga akan
menentukan sebuah negara yang baik (dalam arti negara ini akan terurus dengan
baik, sehingga pada akhirnya akan menjadi negara yang maju dan rakyatnya makmur
sejahtera).
Bagaimana melahirkan seorang
pemimpin yang baik? Memang, mungkin akan binggung melahirkan seorang pemimpin
yang baik. Sebab pada masa-masa kampanye, seorang calon pemimpin akan merasa
dirinyalah yang terbaik, atau mereka akan "ngecap" bahwa masing-masing
dari merekalah yang nomor satu. Namun pada akhirnya, sebenarnya pemilihlah yang
akan menentukan.
Nah, sebenarnya keberadaan
seorang pemilih sangatlah strategis dalam melahirkan seorang pemimpin yang
baik, yang akan mengurus negara dan rakyatnya dengan baik juga. Waktu 5 menit
dalam proses pemilihan seorang pemimpin, akan sangat menentukan nasib bangsa
dan rakyat pemilihnya dalam waktu 5 tahun kedepan.
Jika kita seorang pemilih tidak
jeli dan tidak memiliki kecerdasan emosi serta tidak menggunakan kata hati
nuraninya dalam memilih seorang pemimpin, maka pemimpin yang akan
terlahirkannya bisa jadi merupakan seorang pemimpin yang tidak akan bisa
memimpin negara/daerah/rakyat pemilihnya dengan baik.
Namun sebaliknya jika seorang
pemilih jeli dan memiliki kecerdasan emosional serta mengedepankan kata hati
nuraninya dalam memilih seorang pemimpinnya, maka pemimpin yang akan
terlahirkannyapun bisa jadi merupakan seorang pemimpin yang akan bisa memimpin
dan mengurus negara/daerah/rakyat pemilihnya dengan sangat baik.
Oleh karena itu, jika saat ini
kita merasakan bahwa kondisi negara/daerah kita kurang bisa diurus dengan baik
oleh pemimpin kita saat ini, sehingga kita merasakan dan menyaksikan sebagian
rakyat negara/daerah kita tidak dapat hidup dengan baik dan masih jauh dari
cita-cita yang digariskan oleh para "the founding fathers" kita.
Maka jangan kemudian kita
langsung menumpahkan dan meluapkan nafsu amarah serta emosi kita dengan melakukan
demontrasi yang tidak terkontrol dan cenderung anarkis, yang justru malah
merusak hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dan dibiayai oleh rakyat
kita yang notabene merupakan para memilih.
Lalu bagaimana mengatasi
kenyataan, jika ternyata pemimpin kita tidak bisa memenuhi harapan sebagian
rakyat kita dan kurang mampu merealisasikan cita-cita para pendiri bangsa kita,
sehingga masih banyak nasib rakyat pemilihnya belum bisa merasakan perubahan
yang lebih baik dari hasil kepemimpinannya?.
Mungkin jawabannya adalah yang
pertama, kita harus instrospeksi diri apakah kita pada saat melahirkan pemimpin
saat ini, dulunya kita telah memilih dia dengan mengedepankan hati nurani kita.
Dengan kata lain, apakah kita dulu saat memilih pemimpin kita saat ini, kita
telah mengetahui track record atau catatan perjalanan kepemimpinan dia.
Apakah kita dulu juga tahu dan
punya pengalaman, bahwa pemimpin kita saat ini dulunya dia merakyat,
berperilaku sederhana, jujur, bersih, dan pernah turut merasakan kesulitan dan
penderitaan yang dirasakan oleh sebagian rakyat pemilihnya?. Untuk itu sangat
penting bagi seorang pemilih mengetahui sifat-sifat dari para calon pemimpinya,
jadi jangan seperti membeli kucing dalam karung.
Kedua, Jika memang harus
melakukan demontrasi, sebaiknya lakukanlah demonstrasi yang santun dan tidak
berperilaku anarkis yang justru merusak hasil-hasil pembangunan yang sudah
dicapai. Yang jika disadari, ujung-ujungnya bisa jadi malah melahirkan persepsi
masyarakat yang antipati terhadap para pendemo.
Ketiga, kita harus bisa menerima
kenyataan bahwa kita juga punya andil kesalahan dalam melahirkan seorang
pemimpin yang tidak sesui dengan harapan kita, sebab tidak bisa mengurus
negara/daerah/rakyat yang dipimpinya dengan baik sesuai dengan cita-cita yang
telah digariskan oleh para pendiri bangsa kita.
Keempat, Kita harus sabar
menunggu proses siklus kepemimpinan 5 tahun dalam proses demokrasi di
negara/daerah kita. Sambil tetap terus melakukan cara-cara yang baik dalam
mengatasi permasalahan yang ada.
Kelima, Kita harus semakin
mendewasakan diri kita sebagai seorang pemilih untuk melakukan proses pemilihan
seorang pemimpin negara/daerah kita kedepan. Karena pada hakekatnya seorang
pemilih yang baik adalah seorang pemilih yang memiliki kedewassan dalam melakukan
proses pemilihan guna melahirkan seorang pemimpin yang baik sebagaimana yang
diharapkan oleh para pendiri bangsa kita. Yaitu seorang pemilih yang memiliki
kecerdasan emosiaonal dan jujur pada hati nuraninya sendiri dalam memilih calon
pemimpinya. Jangan mudah dibeli suaranya, dan jangan mudah dipengaruhi oleh siapapun
dan dengan apapun dalam melakukan proses pemilihan yang akan dia lakukan.
Teguh Widodo
Staf
Pengajar Politeknik Negeri Bengkalis
Etudiant
de M2 Master Recherche Sciences de Gestion
Parcours
Management International
Faculté
d'Economie et de Gestion - Aix-Marseille University
15-19
Allée Claude Forbin - 13627 Aix en Provence