[ditulis oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir
al-Jakarti]
Wahai suamiku, maklumilah kalau engkau melihat diriku cemburu kepadamu
karena inilah tabiat seorang wanita, disamping aku sangat mencintaimu. Ibunya
kaum mukminin pun merasakan cemburu di hatinya, ketika ia berkata, “Aku tidak
pernah merasa cemburu kepada salah seorang istri Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam seperti cemburuku kepada Khadijah, disebabkan seringnya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebut namanya dan sanjungan beliau
kepadanya.” (HR. Bukhari). Insya Allah, kecemburuanku adalah kecemburuan yang
wajar yang merupakan tabiat seorang wanita, bukan kecemburuan yang menghalangi
suaminya untuk taat kepada Allah, atau kecemburuan yang menjadi sebab suaminya
terjatuh kepada yang haram, atau bukan kecemburuan yang menghalangi suaminya
untuk mengambil haknya untuk berpoligami. Tidak wahai suamiku…!!. Sungguh aku
bukan seorang istri yang merampas hak suaminya dengan menghalanginya untuk
berpoligami, jika memang dia menginginkan dan mampu untuk hal itu. Tetapi, aku
-Insya Allah- seorang istri yang berusaha meneladani para istri Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, istri para istri shahabat dan para istri shalihah yang
memegang teguh syari’at ini termasuk syari’at poligami. Allah Subhaanahu wa
ta’aala berfirman :
فَانكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ
أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً
“Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (nikahilah) seorang
saja.“ (Qs. an-Nisa’ : 3)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا
مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ
الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah pantas bagi
laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang
urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka
sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. al-Ahdzab : 36)
Wahai suamiku, anak-anak kita adalah buah hati kita, buah cinta kita. Karunia
yang Allah karuniakan kepada kita, sekaligus merupakan amanah yang Allah
amanahkan kepada kita. Insya Allah, aku akan mendidiknya dengan pendidikan yang
baik, dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Aku akan mendidiknya untuk
mentauhidkan Allah, aku akan mendidiknya agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
aku akan mendidiknya agar berbakti kepada orangtuanya. Semoga Allah
mengkaruniakan anak yang shalih dan shalihah kepada kita. Amiin.
Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman :
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ
ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Rabbku, berilah aku dari
sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a.” (Qs.
Ali Imran : 38)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar