Kamis, 21 April 2016

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

Ini copas isi kajian sejarah keislaman terkait Kartini dari sahabatku Tila yg jarang berbagi seperti ini..
(note, sy bbrp tahun silam pernah menduga bahwa semboyan "habis gelap terbitlah terang" ini dari penggalan ayat "minad dhulumati illan nuur"..
Sekaranglah kebenaran sedikit2 tersingkap..
Assalamu alaikum wr wb,

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG (TERINSPIRASI ALQURAN)


RA KARTINI SEBELUM MEMAHAMI ALQURAN

RA Kartini  dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, menulis:

"Mengenai agamaku Islam Stella, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?"

"Alquran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca."

"Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya."

"Aku pikir, tidak jadi orang saleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?"

RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon:

"Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya."

"Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Sedangkan Alquran teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya."

RA KARTINI SETELAH MEMAHAMI ALQURAN

Namun, Kartini tidak menceritakan pertemuannya dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang -- lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat.

Adalah Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, yang menuliskan kisah ini.

Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.

Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir QS Al Fatihah [1]: 1-7.

Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, RA Kartini seakan tak sempat memalingkan pandangan matanya dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.

Ini bisa dipahami karena selama ini RA Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.

Setelah pengajian, RA Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat.

Sang paman tak bisa mengelak, karena RA Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog RA Kartini-Kyai Sholeh.5

"Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?" Kartini membuka dialog.

Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?" Kyai Sholeh balik bertanya.

"Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku," ujar RA Kartini.

Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. RA Kartini melanjutkan:

"Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah SWT. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"

Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali: "Subhanallah!" RA Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar, menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.

Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz.

Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan RA Kartini.

RA Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.

Alquran yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah QS Al Fatihah [1]: 1-7 sampai QS Ibrahim [14]: 1-52.

RA Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya.

Sayangnya, RA Kartini tidak pernah mendapat terjemahan 100 surat Alquran berikutnya yaitu QS Al Hijr [15]: 1-99 sampai dengan QS An Naas [114]: 1-6, karena Kyai Sholeh keburu meninggal dunia.

MENGAPA FOTO RA KARTINI TIDAK BERHIJAB

Wajar kalau foto RA Kartini kita dapatkan sekarang belum berhijab, karena RA Kartini belum sempat membaca perintah Allah SWT agar muslimah berhijab kita dapatkan dalam QS An Nuur [24]: 31 dan QS Al Ahzab [33]: 59 karena Kyai Sholeh Darat keburu wafat belum sempat menerjemahkan 100 surat berikutnya yaitu QS Al Hijr [15]: 1-99 sampai dengan QS An Naas [114]: 1-6.

TRANSFORMASI SPIRITUAL RA KARTINI

Kyai Sholeh membawa RA Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan RA Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat RA Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon:

"Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban."

"Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan."

Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, RA Kartini juga menulis:

"Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai."

 Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, RA Kartini menulis:

"Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."

RUJUKAN RA KARTINI "HABIS GELAP TERBITLAH TERANG"

"Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari GELAP GULITA kepada CAHAYA TERANG BENDERANG dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji"

(QS Ibrahim [14]: 1)

"Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari GELAP GULITA kepada CAHAYA YANG TERANG BENDERANG dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus"

(QS Al Maa'idah [5]: 16)

Katakanlah:

"Siapakah Tuhan langit dan bumi?"

Jawabnya:

"Allah."

Katakanlah:

"Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai KEMANFAATAN dan tidak (pula) KEMUDHARATAN bagi diri mereka sendiri?"

Katakanlah:

"Adakah sama ORANG BUTA dan ORANG YANG DAPAT MELIHAT, atau samakah GELAP GULITA dan TERANG BENDERANG; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?"

Katakanlah:

"Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa."

(QS Ar Ra'd [13]: 16)

Subhanallah!