Kamis, 02 Februari 2012

Negara Hanya akan Sebaik Pemimpinya dan Pemimpin akan Sebaik Pemilihnya

Jika kondisi negara dan rakyatnya tidak sebagaimana yang diharapkan, maka jangan hanya kemudian kita langsung menyalahkan pemimpinya tidak bisa mengurus negara/daerahnya dengan baik. Tapi seyogyanya juga kita perlu menanyakan apakah sebelumnya pemimpin ini dilahirkan oleh seorang pemilih yang baik.
Jadi sebenarnya faktor pemilih yang baik akan menentukan seorang pemimpin yang baik dan seorang pemimpin yang baik akan terlahir dari seorang pemilih yang baik dan pada gilirannya juga akan menentukan sebuah negara yang baik (dalam arti negara ini akan terurus dengan baik, sehingga pada akhirnya akan menjadi negara yang maju dan rakyatnya makmur sejahtera).
Bagaimana melahirkan seorang pemimpin yang baik? Memang, mungkin akan binggung melahirkan seorang pemimpin yang baik. Sebab pada masa-masa kampanye, seorang calon pemimpin akan merasa dirinyalah yang terbaik, atau mereka akan "ngecap" bahwa masing-masing dari merekalah yang nomor satu. Namun pada akhirnya, sebenarnya pemilihlah yang akan menentukan.
Nah, sebenarnya keberadaan seorang pemilih sangatlah strategis dalam melahirkan seorang pemimpin yang baik, yang akan mengurus negara dan rakyatnya dengan baik juga. Waktu 5 menit dalam proses pemilihan seorang pemimpin, akan sangat menentukan nasib bangsa dan rakyat pemilihnya dalam waktu 5 tahun kedepan.
Jika kita seorang pemilih tidak jeli dan tidak memiliki kecerdasan emosi serta tidak menggunakan kata hati nuraninya dalam memilih seorang pemimpin, maka pemimpin yang akan terlahirkannya bisa jadi merupakan seorang pemimpin yang tidak akan bisa memimpin negara/daerah/rakyat pemilihnya dengan baik.
Namun sebaliknya jika seorang pemilih jeli dan memiliki kecerdasan emosional serta mengedepankan kata hati nuraninya dalam memilih seorang pemimpinnya, maka pemimpin yang akan terlahirkannyapun bisa jadi merupakan seorang pemimpin yang akan bisa memimpin dan mengurus negara/daerah/rakyat pemilihnya dengan sangat baik.
Oleh karena itu, jika saat ini kita merasakan bahwa kondisi negara/daerah kita kurang bisa diurus dengan baik oleh pemimpin kita saat ini, sehingga kita merasakan dan menyaksikan sebagian rakyat negara/daerah kita tidak dapat hidup dengan baik dan masih jauh dari cita-cita yang digariskan oleh para "the founding fathers" kita.
Maka jangan kemudian kita langsung menumpahkan dan meluapkan nafsu amarah serta emosi kita dengan melakukan demontrasi yang tidak terkontrol dan cenderung anarkis, yang justru malah merusak hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dan dibiayai oleh rakyat kita yang notabene merupakan para memilih.
Lalu bagaimana mengatasi kenyataan, jika ternyata pemimpin kita tidak bisa memenuhi harapan sebagian rakyat kita dan kurang mampu merealisasikan cita-cita para pendiri bangsa kita, sehingga masih banyak nasib rakyat pemilihnya belum bisa merasakan perubahan yang lebih baik dari hasil kepemimpinannya?.
Mungkin jawabannya adalah yang pertama, kita harus instrospeksi diri apakah kita pada saat melahirkan pemimpin saat ini, dulunya kita telah memilih dia dengan mengedepankan hati nurani kita. Dengan kata lain, apakah kita dulu saat memilih pemimpin kita saat ini, kita telah mengetahui track record atau catatan perjalanan kepemimpinan dia.
Apakah kita dulu juga tahu dan punya pengalaman, bahwa pemimpin kita saat ini dulunya dia merakyat, berperilaku sederhana, jujur, bersih, dan pernah turut merasakan kesulitan dan penderitaan yang dirasakan oleh sebagian rakyat pemilihnya?. Untuk itu sangat penting bagi seorang pemilih mengetahui sifat-sifat dari para calon pemimpinya, jadi jangan seperti membeli kucing dalam karung.
Kedua, Jika memang harus melakukan demontrasi, sebaiknya lakukanlah demonstrasi yang santun dan tidak berperilaku anarkis yang justru merusak hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai. Yang jika disadari, ujung-ujungnya bisa jadi malah melahirkan persepsi masyarakat yang antipati terhadap para pendemo.
Ketiga, kita harus bisa menerima kenyataan bahwa kita juga punya andil kesalahan dalam melahirkan seorang pemimpin yang tidak sesui dengan harapan kita, sebab tidak bisa mengurus negara/daerah/rakyat yang dipimpinya dengan baik sesuai dengan cita-cita yang telah digariskan oleh para pendiri bangsa kita.
Keempat, Kita harus sabar menunggu proses siklus kepemimpinan 5 tahun dalam proses demokrasi di negara/daerah kita. Sambil tetap terus melakukan cara-cara yang baik dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Kelima, Kita harus semakin mendewasakan diri kita sebagai seorang pemilih untuk melakukan proses pemilihan seorang pemimpin negara/daerah kita kedepan. Karena pada hakekatnya seorang pemilih yang baik adalah seorang pemilih yang memiliki kedewassan dalam melakukan proses pemilihan guna melahirkan seorang pemimpin yang baik sebagaimana yang diharapkan oleh para pendiri bangsa kita. Yaitu seorang pemilih yang memiliki kecerdasan emosiaonal dan jujur pada hati nuraninya sendiri dalam memilih calon pemimpinya. Jangan mudah dibeli suaranya, dan jangan mudah dipengaruhi oleh siapapun dan dengan apapun dalam melakukan proses pemilihan yang akan dia lakukan.
Teguh Widodo
Staf Pengajar Politeknik Negeri Bengkalis
Etudiant de M2 Master Recherche Sciences de Gestion
Parcours Management International
Faculté d'Economie et de Gestion - Aix-Marseille University
15-19 Allée Claude Forbin - 13627 Aix en Provence

Tidak ada komentar:

Posting Komentar