Wahai suamiku, keinginanmu agar aku dekat dengan orang tuamu, akupun
menginginkan hal yang demikian. Orang tuamu adalah orang tuaku juga. Dan aku
ingin engkau tetap berbakti, melayani dan memberikan perhatian yang besar
kepadanya walaupun engkau sudah menikah. Insya Allah aku akan membantumu untuk
hal itu.
Allah Ta’alaa berfirman :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا
تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“ Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua (ibu dan bapak).” (Qs. an-Nisa’ : 36)
Wahai suamiku, banyak hal yang
tidak diperhatikan oleh sebagian istri tentang perkara-perkara yang membuat
suaminya senang dan menghindari sesuatu yang membuat suaminya tidak suka. Di
antaranya tampil apa adanya di depan suaminya, tidak mau berdandan dan
mempercantik diri. Wahai suamiku, katakanlah kepadaku apa yang membuat dirimu
senang sehingga aku berusaha untuk melakukannya dan katakanlah sesuatu yang
membuatmu benci sehingga aku menjauhinya.
Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خير النساء التي تسره إذا نظر
إليها و تطيعه اذا أمر ولا تخالفه في نفسها ولا مالها بما يكرها
“ Sebaik-baik istri adalah
yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami
menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas dirinya dan hartanya dengan apa yang
tidak disukai suaminya.” (HR. ath-Thabrani dari ‘Abdullah bin Salam,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Wahai suamiku, sungguh sebuah keburukan kalau aku tidak bisa menerima
kekurangan dirimu di mana kelebihanmu tak sebanding dengan kekuranganmu.
Padahal aku tahu tak ada seorang yang sempurna. Apakah pantas aku bersikap
seperti itu, sedangkan engkau ridha dan bershabar dengan berbagai kekurangan
diriku.
Wahai suamiku, ketika aku merasa lelah dalam mengurus pekerjaan rumah, aku
teringat kisahnya seorang wanita yang mulia, pemimpin wanita di surga yang
merasa keletihan ketika ia mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Seorang wanita shalihah yang memiliki jiwa yang mulia, hati yang bersih dan
akal yang terbimbing oleh syari’at yang agung. Semoga aku bisa meneladani
keshabaran Fathimah putrinya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bukan
malah meneladani wanita yang akalnya menjadi tempat sampah pemikiran barat yang
menamakan dirinya Feminisme.
“ Suatu ketika Fathimah mengeluh kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam atas kelelahan yang ia rasakan sebab ia menarik alat penggiling hingga
berbekas di kedua tangannya, menimba air dengan qirbah (tempat air pada masa
itu) hingga qirbah membekas di lehernya, dan menyalakan api di tungku hingga
mengotori pakaiannya. Itu semua terasa berat baginya. Lalu apa tanggapan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu? Beliau menasehati
Fathimah dan Ali bin Abi Thalib agar bertasbih sebanyak 33 kali, bertahmid 33
kali dan bertakbir 33 kali setiap hendak tidur . Beliau bersabda kepada
keduanya bahwa itu semua lebih baik dari pembantu (yang Fathimah minta –ed).”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai suamiku, seharusnya setiap istri sadar, termasuk diriku. Bahwa setiap
suami mempunyai posisi dan status sosial yang berbeda. Ada di antara suami yang
sangat dibutuhkan oleh keluarganya. Ada juga seorang suami yang memiliki
kedudukan yang penting sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Ada juga
seorang suami yang menjadi seorang da’i sehingga sangat dibutuhkan oleh ummat.
Seharusnya setiap istri memperhatikan hal ini. Jika dia seorang suami yang
sangat dibutuhkan keluarganya maka bantulah ia, dan relakanlah sendainya hak
waktumu sedikit terkurangi. Bukan malah menghalangi dari keluarganya. Kalau dia
seorang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat atau ummat, maka bantulah ia,
semangatilah ia dan berilah nasehat untuk ikhlas dalam melayani ummat dan
bershabar atas mereka. Bukan malah bertindak seperti anak kecil yang merongrong
suaminya hanya karena dia tidak selalu berada di sisinya. Atau sesekali ketika
lagi bersendau gurau denganmu ia mengangkat telpon untuk sekedar memberikan
nasehat atau saran kepada ummat. Wahai suamiku, semoga aku bisa memperhatikan
hal ini. Dan aku pun sadar hakku telah kau tunaikan dengan baik.
[ditulis oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir al-Jakarti]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar