Senin, 22 Februari 2021

Hilangkan Kesedihan

 Materi Tayang AIHQ

Oleh: @umarhidayat75


DK PSDM ODOJ*

Oase Dakwah

Penyejuk Hati Penggugah Jiwa


Diantara rezeki yang sering tidak disadari adalah kita mendapatkan peluang beramal sholih tetapi enggan melakukannya. 


Senang dan sedih termasuk bagian dari _sunatullah_ yang  berlaku bagi setiap yang hidup. Sepanjang penyebabnya ada yang menjadi pemicunya ada, maka sepanjang itu juga rasa senang dan sedih ada. 

Naturalnya segala sesuatu ada penyebabnya, pun ada konsekuensinya. Mendamba senang itu wajar, sebagaimana tidak satu orang pun berharap kesedihan. 

Karenanya orang biasa menghindari rasa sedih dan terus menerus berharap sesuatu yang menyenangkan.


Problemnya adalah keterlatihan mengelola dua rasa itu agar tidak menjadi beban dalam kehidupan. Jika kita paham tentang _sunnatullah_ atas dua rasa itu, mestinya kita tidak perlu memasalahkannya. Kita bisa menjalaninya dengan hikmat sepenuh keyenangan. Setidaknya tidak dibuat pusing atau stres karenanya. 


Saat kita paham bahwa jalan di depan yang akan kita lalui itu penuh kelokan, terjal,atau banyak berlubang; (jika tidak ada alternatif lain), maka mental dan rasa kita "siap" menghadapi resikonya dan bahkan bisa menikmati saat melewatinya. Jadi salah satu kuncinya adalah tentang setting mental.


Inilah alasannya kenapa para sahabat Rasulullah selalu menjawab dengan segera setiap perintah dari Allah dan Rasul-Nya (istijabah hurriyah). Setting mental mereka sudah tertata dengan baik. Sampaipun perintah perang mereka lakoni. Mereka sudah paham sebab dan konsekuensinya.


Jika setting mental tidak siap menghadapi resiko, maka jalan yang terbaik adalah mencari sebabnya agar kita tidak terjebak pada resiko yang lebih berat. 

Nah, misalnya bagaimana cara menghilangkan kesedihan? Jika kita tidak siap menjalani konsekuensi dan resiko kesedihan, maka carilah sebabnya agar kita bisa menghindarinya.


Seperti yang Syaikh Abdurrahman as-Sa'dy rahimahullah katakan, _"Termasuk sebab-sebab yang menghilangkan kesedihan, kecemasan, dan kegalauan adalah berbuat baik kepada orang lain dengan ucapan dan perbuatan."_


Maknanya adalah jika engkau cemas, sedih dan galau itu tandanya engkau kurang meluangkan waktumu untuk berbuat baik kepada orang lain. Nah kita kembali pada soal _sunnatullah_. Sunnatullahnya fitrah manusia adalah saling membantu dan menolong, maka jika seseorang menutup dirinya untuk membantu kepada sesama, maka Allah akan memasukkan kepada hatinya kesedihan dan kegalauan.


Kita boleh berdebat, tetapi lebih penting lagi adalah pembuktian. Bahwa fitrah manusia itu suka di tolong jika ia berada dalam kesulitan, maka jiwa ini akan terasa lapang ketika ia selesai berzakat atau bersedekah. 

Kenapa jiwanya lapang?  karena hartanya telah dibersihkan dan Allah telah mensucikan jiwanya; dengan pemberian itu 

(Q.S. At Taubah : 103).


Mungkin dalam situasi dan kondisi tertentu seseorang tidak leluasa atau bahkan tidak mampu untuk berbagi harta. Jangankan berbagi untuk dirinya saja serasa termiskin di dunia. Jangan khawatir masih ada yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan kesedihan dan kegalauan; yakni dengan tutur kata yang baik lagi menyenangkan. Bahkan pada sisi tertentu perkataan yang baik, menyenangkan dan menyejukkan jauh lebih berarti dari pada harta yang terbagi. 


Formulanya beragam dan mudah dilakukan, seperti : menanyakan kabar kepada sahabat walau hanya melalui media sosial, mengapresiasi, mendoakan, menyemangati, atau menenangkan, dan lain lain yang penting tidak melukai dan menyakitkan.


Ladang untuk berbuat baik itu luas, tidak hanya harta dan lisan kita; seperti bertemu orang lain tersenyum, membuang sampah pada tempatnya, membukakan pintu atau sekedar menahan pintu agar orang lain memdapat kemudahan, merespon dan mendengarkan orang lain ketika berbicara, dll. Itu semua adalah bentuk-bentyk perbuatan yang baik dan menyenangkan orang lain. 


Kita termasuk orang yang yakin bahwa ketika kita menyenangkan orang lain sebenarnya kita sedang menyenangkan diri kita sendiri dan ketika ketika bersedekah, memberi sesuatu pada orang lain, maka sebenarnya kita sedang bersedekah kepada diri kita sendiri. Ingatlah bahwa sedekah itu menolak bala dan menyembuhkan penyakit, pun akan melapangkan jiwa kita.

AIHQ - DK PSDM ODOJ

AIHQ/550/2020

oaseodoj@gmail.com

Fp : AIHQ Onedayonejuz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar