♥•♫♥♥Bapak
Presiden, kami marah bukan karena benci. Kami marah karena cinta. Cinta
yang kepalang besar bagi pertiwi yang tanahnya sudah kami injak puluhan
tahun, yang udaranya kami hirup setiap hari, yang hasil buminya memberi
makan mulut-mulut kami.Prihatin tak lagi cukup, Bapak. Beragam janji
dan instruksi tidak lagi mampu membungkam mulut kami, karena kami sudah
kenyang dengan janji. Kami lelah
menunggu tanpa daya. Kami letih menonton tanpa bisa berbuat apa-apa.Kami
ingin pajak yang kami bayarkan digunakan untuk sebaik-baiknya
kepentingan rakyat dan pembangunan negara, karena sekalipun kami hidup
berkecukupan, jutaan penduduk Indonesia belum menikmati kehidupan yang
layak. Sudah cukup kami merasa pedih melihat uang hasil jerih payah kami
digunakan untuk plesiran anggota dewan yang terhormat, sementara jutaan
rakyat miskin makan nasi yang sudah kotor setiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar